Mengenal Tiga Pesanggrahan Bung Karno di Sumut yang Kini Jadi Wisata Sejarah

Melansir berbagai sumber, Sabtu (26/4/2025), pesanggrahan-pesanggrahan tersebut dulunya menjadi tempat menginap atau bahkan lokasi pengasingan Bung Karno dalam masa perjuangan. Kota Kotanopan yang kini termasuk wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Berastagi di Kabupaten Karo, dan Parapat di Kabupaten Simalungun menjadi saksi bisu perjalanan besar seorang proklamator. Jarak dari Medan ke Parapat tercatat sekitar 176 kilometer, ke Berastagi sekitar 66 kilometer, dan ke Kotanopan sekitar 498 kilometer.
Baca Juga:
Di Kotanopan, Soekarno menginap di sebuah rumah bergaya Belanda yang dibangun pada 1930. Ia menempati kamar nomor satu dalam perjalanan menuju Parapat dari Padang, Sumatra Barat. Pada 16 Juni 1948, di tangga pesanggrahan ini, Bung Karno mengadakan rapat akbar untuk meredam gejolak rakyat Sumatera yang ingin merdeka sendiri. Hingga kini, foto bersejarah pidato Soekarno masih terpajang di rumah tersebut. Keunikan lain adalah adanya terowongan sepanjang 7 kilometer yang dibangun Belanda untuk jalur pelarian ke perbukitan, mempertahankan nilai historis dari masa-masa pergolakan.
Sementara itu, Pesanggrahan Berastagi menjadi saksi pengasingan Soekarno bersama Sutan Syahrir dan Agus Salim. Pada 22 Desember 1948, ketiga tokoh nasional itu diasingkan di rumah bergaya Belanda yang dibangun pada 1719, dikelilingi halaman seluas dua hektare. Selama 12 hari masa pengasingan, perabotan dan kamar tidur yang digunakan tetap dipertahankan keasliannya. Kini, pesanggrahan ini semakin menarik dengan keberadaan monumen replika Bung Karno yang duduk bersila di halaman rumah, menambah nilai estetika dan kekayaan sejarah di dataran tinggi Karo tersebut.
Setelah masa pengasingan di Berastagi berakhir, Bung Karno, Syahrir, dan Agus Salim dipindahkan ke Parapat. Di pesanggrahan yang dibangun pada 1820 itu, ketiganya diasingkan selama dua bulan. Rumah bergaya Eropa seluas 10x20 meter ini berdiri di atas lahan dua hektare, langsung menghadap Danau Toba yang memesona. Keaslian bangunan, perabotan, dan koleksi benda bersejarah seperti foto, buku, serta lukisan masih terjaga dengan baik. Lokasinya yang strategis di tepi Danau Toba menjadikan pesanggrahan ini tidak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga destinasi wisata favorit para pelancong, seiring lalu-lalang kapal wisata yang melintas di perairan Danau Toba.
Warisan sejarah Bung Karno di tiga pesanggrahan ini mengingatkan generasi kini akan besarnya semangat perjuangan, kesederhanaan, dan keteguhan hati dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Timnas Indonesia Kalahkan Bahrain 1-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026
