Senin, 04 Agustus 2025

Barus, Pelabuhan Bersejarah Penghasil Kamper dan Penyebaran Islam di Indonesia

Redaksi - Selasa, 18 Maret 2025 15:21 WIB
Barus, Pelabuhan Bersejarah Penghasil Kamper dan Penyebaran Islam di Indonesia
Doc
Pedagang Arab yang datang ke Barus, tidak hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam.
Kitakini.com - Dalam Al-Quran, Surat Al-Insan ayat 5 menyebutkan bahwa orang-orang yang berbuat kebajikan akan meminum minuman bercampur air kafur, yang menjadi misteri menarik bagi banyak kalangan. Para ulama mengartikan air kafur sebagai air dari tanaman kamper atau kapur barus, yang sebenarnya merujuk pada tanaman bernama Latin Dryobalanops aromatica. Tanaman ini terkenal karena aromanya yang kuat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Namun, pada masa itu, tanaman kamper bukanlah tanaman asli di tanah Arab, dan sulit ditemukan di wilayah tersebut. Akibatnya, para pedagang Arab harus melakukan perjalanan panjang ke wilayah Timur untuk mencarinya. Dalam karya Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013), arkeolog Edward Mc. Kinnon menjelaskan bahwa pusat tanaman kamper ini terletak di Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatera, di wilayah yang dikenal dengan nama Barus.

Baca Juga:

Sejak abad ke-9, pedagang Arab mulai berdatangan ke Barus, yang juga dikenal dengan nama Fansur, untuk mendapatkan kamper berkualitas tinggi. Ibn Al-Faqih, seorang pedagang Arab yang hidup pada tahun 902, mencatat bahwa Barus merupakan penghasil kamper, cengkih, pala, dan kayu cendana. Hal ini juga diperkuat oleh ahli geografi Ibn Sa'id al Magribi pada abad ke-13 dan ahli Romawi Ptolemy pada abad ke-1 Masehi.

Perdagangan kamper yang semakin meningkat membuat Barus menjadi pelabuhan penting di Sumatera. Orang-orang Arab melakukan perjalanan panjang dari Teluk Persia menuju Barus, melewati Ceylon (Sri Lanka) dan akhirnya tiba di Pantai Barat Sumatera. Mereka menggunakan kapal besar untuk mengangkut banyak kamper yang akan dijual di pasar internasional. Keberhasilan Barus dalam menghasilkan kamper bermutu tinggi, mengalahkan kamper dari Malaya dan Kalimantan, menjadikannya pusat perdagangan yang berkembang pesat.

Seiring berjalannya waktu, kedatangan pedagang Arab tidak hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam. Islamisasi di wilayah ini, khususnya di Barus, Thobri (Lamri), dan Haru, mulai berkembang sejak abad ke-7 Masehi. Bukti kuat tentang kedatangan Islam di Barus dapat ditemukan pada kompleks makam kuno Mahligai di Barus, yang memiliki nisan yang berasal dari abad ke-7 Masehi.

Teori mengenai kedatangan Islam di Indonesia melalui jalur perdagangan Barus ini masih menjadi perdebatan, namun yang pasti, kedatangan pedagang-pedagang Muslim berhasil membentuk jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Indonesia. Proses penyebaran agama Islam pun berlangsung secara alami, membawa pengaruh besar bagi perkembangan budaya dan sejarah Indonesia.

Dengan demikian, Barus tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan kamper yang legendaris, tetapi juga sebagai salah satu titik awal penyebaran Islam di Indonesia yang penting dalam sejarah.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tsunami Ancam Indonesia, Gempa 8,7 SR Guncang Rusia, Warga Mulai Mengungsi

Tsunami Ancam Indonesia, Gempa 8,7 SR Guncang Rusia, Warga Mulai Mengungsi

Gempa Dahsyat 8,7 SR Guncang Kamchatka, Indonesia Siaga Tsunami

Gempa Dahsyat 8,7 SR Guncang Kamchatka, Indonesia Siaga Tsunami

Final Panas AFF U-23 Malam Ini: Indonesia Tantang Vietnam dalam Duel Sarat Gengsi di GBK

Final Panas AFF U-23 Malam Ini: Indonesia Tantang Vietnam dalam Duel Sarat Gengsi di GBK

KPAI: Anak-anak Butuh Keadilan, Bukan Diam di Tengah Kekuasaan Bersalah

KPAI: Anak-anak Butuh Keadilan, Bukan Diam di Tengah Kekuasaan Bersalah

Deretan Rumah Unik di Indonesia, Perpaduan Warisan Tradisi dan Kreativitas Modern

Deretan Rumah Unik di Indonesia, Perpaduan Warisan Tradisi dan Kreativitas Modern

Presiden Prabowo Subianto Tawarkan Bantuan dan Belasungkawa atas Gempa M7,7 di Myanmar dan Thailand

Presiden Prabowo Subianto Tawarkan Bantuan dan Belasungkawa atas Gempa M7,7 di Myanmar dan Thailand

Komentar
Berita Terbaru